Kamis, 13 November 2014

Nama  : Maliatul Khairiyah
NIM    : 201410070311122
Kelas   : I-C / Pendidikan Biologi
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
          Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia dan masyarakatnya. Sejak dulu, kini, maupun di masa depan pendidikan itu selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial-budaya dan perkembangan iptek. Pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan pendidikan itu disebut aliran-aliran pendidikan. Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya.
A.   Aliran Klasik dan Gerakan Baru dalam Pendidikan
Pemikiran-pemikiran tentang pendidikan yang telah dimulai pada zaman Yunani Kuno, dan dengan kontribusi berbagai bagian dunia lainnya, akhirnya berkembang dengan pesat di Eropa dan Amerika Serikat. Pemikiran-pemikiran itu tersebar keseluruh dunia, termasuk Indonesia, dengan berbagai cara, seperti: dibawa oleh bangsa penjajah ke daerah jajahannya, melalui bacaan (buku dan sejenisnya), dibawa oleh orang-orang yang pergi belajar ke Eropa/Amerika Serikat, dan sebagainya.
Aliran-aliran klasik yang meliputi aliran-aliran empirisme,nativisme,naturalisme, dan konvergensi merupakan benang-benang merah yang menghubungkan pemikiran-pemikiran pendidikan masa lalu, kini, dan mungkin yang akan datang.
Selanjutnya, terdapat beberapa gagasan yang lebih bersifat satu gerakan dalam pendidikan yang pengaruhnya masih terasa sampai kini, yakni gerakan-gerakan pengajaran alam sekitar, pengajaran pusat perhatian, sekolah kerja, dan pengajaran proyek. Gerakan-gerakan ini sangat mempengaruhi cara-cara guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar di sekolah.

1.   Aliran-Aliran Klasik dalam Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Pemikiran  Pendidikan di Indonesia
Terdapat perbedaan penekanan di dalam sesuatu teori kepribadian tertentu tentang faktor manakah yang paling berpengaruh (dominan) dalam perkembangan kepribadian. Teori-teori dari Strategi Disposisional, terutama yang berdasar pada pandangan biologis (konstitusional) dari Kretschmer dan Sheldon, memberikan tekanan pada pengaruh faktor hereditas, sedang teori-teori dari Strategi Behavioral dan Strategi Phenomenologis menekankan pada faktor belajar.
a.  Aliran Empirisme
Aliran empirisme bertolak dari tradisi kunci yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman empirik yang di peroleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak. Aliran empirisme di pandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang dipeoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang di bawa anak sejak lahir di anggap tidak menentukan, menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena berbakat, meskipun lingkungan sekitarnya tidak mendukung.
b.  Aliran Nativisme
Istilah nativisme bersal dari kata natie yang artinya adalah terlahir. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya  dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya kalau anaknya mempunyai pembawaan baik maka di akan menjadi orang baik. Pembawaan buruk dan baik ini tidak dapat diubah dari kekuatan luar. Hasil perkembangan ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak lahir dan ditentukan oleh anak itu sendiri. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak sendiri.
c.  Aliran Naturalisme
Pandangan yang ada persamaannya dengan nativisme adalah aliran naturalisme yang dipelopori oleh seorang filsuf Prancis J.J Rousseau 1712-1778) dan berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan buruk. Pembawaan baik anak akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan. Aliran ini juga disebut negativisme, karena berpedat bahwa pendidik wajib membiarkan anak pada alam. Jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Yang dilaksanakan adalah menyerahkan anak didik ke alam, agar pembawaan yang baik itu tidak terjadi rusak oleh tangan manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan itu. Pendidikan harus dijauhkan dalam perkembangan anak karena hal itu berari dapat menjauhkan anak dari segala hal yang bersifat dibuat-buat dan dapat membawa anak kembali ke alam untuk mempertahankan segala yang baik.
d.  Aliran Konvergensi
Perintis aliran ini William Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan bahasa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting. Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh kembang manusia.
e.  Pengaruh Aliran Klasik terhadap Pemikiran dan Praktek Pendidikan di Indonesia
Aliran-aliran pendidikan yang klasik mulai di kenal di Indonesia melalui upaya-upaya pendidikan, utamanya persekolahan , dari penguasa penjajah Belanda dan disusul kemudian oleh orang-orang Indonesia yang belajar di negeri Belanda pada masa penjajahan.Dengan kata lain meskipun peranan pandangan empirisme dan nativisme tidak sepenuhnya di tolak, tetapi penerimaan itu dilakukan dengan pendekatan elektif fungsional yakni diterima sesuai kebutuhsn, namun ditempatkan dalam latar pandangan konvergensi. Khusus dalam latar persekolahan, kini terdapat sejumlah pendapat yang lebih menginginkan agar peserta didik lebih ditempatkan pada posisi yang seharusnya, yakni sebagai manusia yang dapat di didik dan juga dapat mendidik dirinya sendiri.
2.   Gerakan Baru Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap Pelaksanaan di Indonesia.
Gerakan-gerakan baru dalam pendidikan pada umumnya termasuk yang kedua yakni upaya peningkatkan mutu pendidikan hanya dalam satu atau beberapa komponen saja. Beberapa dari gerakan-gerakan baru tersebut memusatkan diri pada perbaikan dan peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar pada sistem persekolahan, seperti pengajaran alam sekitar, pengajaran pusat perhatian, sekolah kerja pengajaran proyek, dan sebagainya. (Suparlan, 1984; Soejono, 1958).
a.  Pengajaran Alam Sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar, perintis gerakan ini antara lain: Fr.A. Finger (1808-1888) di Jerman dan J Ligthart (1859-1916) di Belanda. Alam sekitar sebagai fundamental pendidikan dan pengajaran memberikan dasar emosional, sehingga anak menaruh perhatian yang spontan terhadap segala sesuatu yang diberikan kepadanya asal itu didasarkan atas dan diambil dari alam sekitarnya.
b.  Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly (1871-1932) dari Belgia dengan pengajaran melalui pusat-pusat minat, disamping pendapatnya tentang pengajaran global.
c.   Sekolah Kerja
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebaagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan.
d.  Pengajaran Proyek
Dalam pengajaran proyek anak bebas menentukan pilihannya (terhadap pekerjaan), merancang, serta memimpinnya.
e.  Pengaruh Gerakan Baru dalam Pendidikan Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia
Gerakan baru dalam pendidikan tersebut terutama berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah, namun dasar-dasar pikirannya tentulah menjangkau semua segi dari pendidikan, baik aspek konseptual maupun operasional. Sebab itu, mungkin saja gerakan-gerakan itu tidak diadopsi seutuhnya disuatu masyarakat atau negara tertentu, namun asas pokoknya menjiwai kebijakan-kebijakan pendidikan dalam masyarakat atau negara itu.
B.   Dua “Aliran” Pokok Pendidikan di Indonesia
Dua “aliran” pokok pendidikan di Indonesia itu dimaksudkan adalah Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Taman.Kedua aliran ini dipandang sebagai suatu tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia. Namun perlu dikemukakan bahwa prakarsa dan upaya di bidang pendidikan tidak terbatas hanya oleh Taman Siswa dan INS itu saja.
1.    Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara (lahir 2 Mei 1889 dengan nama Suwardi Suryaningrat) pada tanggal 3 Juli 1932 di Yogyakarta, yakni dalam bentuk yayasan, selanjutnya mulai didirikan Taman Indria (Taman Kanak-Kanak) dan Kursus Guru, selanjutnya Taman Muda (SD), disusul Taman Dewasa merangkap Taman Guru.
2.    Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS di dirikan aleh Mohammad Sjafei (lahir di Matan, Kalbar tahun 1895) pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam (Sumatra Barat).
Kajian tentang berbagai aliran dan/gerakan pendidikan itu akan memberikan pengetahuan dan wawasan historis kepada tenaga kependidikan. Hal itu sangat penting, agar pendidik dapat memahami, dan pada gilirannya kelak dapat memberi kontribusi terhadap dinamika pendidikan itu. Dan yang tak kalah pentingnya adalah bahwa dengan pengetahuan dan wawasan historis tersebut, setiap tenaga kependidikan diharapkan memiliki bekal yang memadai .s
Pertanyaan
1.    Apakah SMK itu termasuk gerakan baru pendidikan sekolah kerja?

2.    Apa pengaruh pengalaman dan lingkungan dalam pembentukan bakat dan kemampuan seorang anak?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar