LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN
SERTA PENERAPANNYA
Landasan-landasan
pendidikan akan memberikan pijakan arah terhadap pembentukan manusia Indonesia,
dan srentak dengan itu, mendukung perkembangan
masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan asas-asas pokok pendidikan akan
memberi corak khusus dalam penyelenggaraan pendidikan itu, dan pada gilirannya,
memberi corak pada hasil-hasil pendidikan itu yakni manusia dan masyarakat
Indonesia. Beberapa landasan-landasan pendidikan adalah landasan filosofis,sosiologis,
dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan
pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan
menjemput masa depan.
A.
sLandasan Pendidikan
Upaya memanusiakan manusia melalui
pendidikan diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup dan dalam latar
sosial-kebudayaan setiap masyarakat tertentu. Pendidikan diselenggarakan
berlandaskan filsafat hidup serta berlandaskan sosiokultural setiap masyarakat,
termasuk Indonesia. Landasan (filosofis, sosiologis, dan kultural) akan
memnbekali setiap tenaga kependidikan dengan wawasan dan pengetahuan yang tepat
tentang bidang tugasnya.
Landasan psikologis dan landasan
iptek erat kaitannya dalam setiap upaya pendidikan, utamanya pengajaran.
Landasan psikologis akan membekali tenaga kependidikan dengan pemahaman
perkembangan peserta didik dan cara-cara belajarnya. Sedangkan landasan iptek
akan membekali tenaga kependidikan, khususnya guru, tentang sumber bahan
ajaran. Pengkajian landasan psikologis dan landasan iptek akan membekali tenaga
kependidikan suatu pegangan dalam
mewujudkan keseimbangan dan keselarasan yang dinamis antara pengembangan jati
diri peserta didik dan penguasaan iptek.
Berikut ini adalah landasan-landasan
pendidikan:
1.
Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan
yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan. Landasan filosofis juga merupakan landasan yang berdasarkan atau
bersifat filsafat (falsafat,falsafah). Landasan filosofis bersumber dari
pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan, meyangkut keyakianan terhadap
hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan
tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal
sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme,
Pragramatisme dan progresivisme, dan eksistensialisme.
2.
Landasan Sosiologis
Sosiologi pendidikan merupakan
analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial didalam
sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan
meliputi empat bidang:
a.
Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
b.
Hubungan kemanusiaan disekolah.
c.
Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
d.
Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi
antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
Kajian sosiologi tentang pendidikan
pada prinsipnya mencakup semua jalur pendidikan, baik pendidikan sekolah maupun
pendidikan luar sekolah seperti pendidikan keluarga. Selain itu proses
pendidikan juga dipengaruhi oleh berbagai kelompok sosial dalam masyarakat
seperti kelompok keagamaan dan kelompok sebaya seperti teman bermain. Berbagai
upaya pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan
perkembangan masyarakat terutama dalam hal menumbuh kembangkan KeBhineka tunggal Ika-an, baik
melalui kegiatan jalur sekolah (umpamanya dengan mata pelajaran pendidikan
moral Pancasila, pendidikan sejarah perjuangan bangsa, dan muatan lokal),
maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran P4, pemasyarakatan P4 nonpenataran).
3.
Landasan Kultural
Menurut UU-RI No. 2 Tahun 1989 pasal
Ayat 2 ditegaskan bahwa yang dimaksudkan dengan Sistem Pendidikan Nasional
adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan yang
berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai
hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan /dikembangkan dengan
jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan
pendidikan, baik secara informal maupun secara formal.
Anggota masyarakat berusaha melakukan
perubahan-perubahan yang sesuai denga perkembangan zaman sehingga terbentuklah
pola tingkah laku, nlai-nilai, dan norma-norma baru sesuai dengan tuntutan
masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan.
Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi
kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga. Pada
mayarakat primitif, transmisi kebudayaan dilakukan secara informal dan
nonformal. Sedangkan pada masyarakat yang telah maju transmisi kebudayaan
dilakukan secara informal, nonformal, dan formal.
Pelestarian dan pengembangan kekayaan
yang unik di setiap daerah itu melalui upaya pendidikan sebagai wujud dari
kebineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini haruslah dilaksanakan
dalam kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara indonesia
sebagai sisi ketunggal-ikaan.
4.
Landasan Psikologis
Pendidikan selalu melibatkan aspek
kejiwaan manusia, sehingga landasn psikologis merupakan salah satu landasan
yang penting dalam bidang pendidikan.
Pemahaman peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan,
merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil
kajian dsn penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang
pendidikan, umpama pengetahuan tentang aspek-aspek pribadi, urutan, dan
ciri-ciri pertumbuhan setiap aspek dan konsep tentang cara-cara paling tepat
untuk mengembangkannya.
Peserta didik selalu berada dalam
proses perubahan, baik karena pertumbuhan maupun karena perkembangan.
Pertumbuhan terutama karena pengaruh faktor internal sebagai akibat kematangan
dan proses pendewasaan, sedangkan perkembangan terutama karena pengaruh
lingkungan. Pemahaman tumbuh-kembang manusia itu sangat penting sebagai bekal
dasar untu memahami peserta didik dan untuk menentukan keputusan dan atau
tindakan yang tepat dalam membantu proses tumbuh-kembang itu secara efisien dan
efektif.
5.
Landasan Ilmiah dan Teknologis
Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) mempunyai kaitan yang sangat erat. Karena kebutuhan
pendidikan yang sangat mendesak maka banyak teknologi dari berbagai bidang ilmu
segera di adopsi kedalam penyelenggaraan pendidikan, dan atau kemajuan itu
segera dimanfaatkan oleh penyelenggara pendidikan itu. Iptek merupakan salah
satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang
dimualai pada permulaan kehidupan manusia. Iptek merupakan salah satu hasil
pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang dimualai pada
permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur
sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan
ajar seyogiannya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan
hasil perolehan informasi maupun cara memproleh informasi itu dan manfaatnya
bagi masyarakat.
B.
Asas-Asas Pokok Pendidikan
Asas pendidikan merupakan suatu
kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan
maupun pelaksanaan pendidikan. Khusus untuk pendidikan di Indonesia, terdapat
sejumlah asas yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan
itu. Terdapat tiga asas yang harus dipahami dan diterapkan oleh penyelenggara pendidikan
yaitu asas tut wuri handayani, asas belajar sepanjang hayat, asas
kemandirian dalam belajar.
a.
Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri
handayani merupakan inti dari Sistem Among dari perguruan. Asas yang
dikumandangkan oleh Ki Hadjar Dewantara itu mendapat tanggapan positif dari
Drs. R.M.P. Sostrokartono (Filsuf dan ahli bahasa) dengan menambahkan dua
semboyan untuk melengkapinya, yakni Ing Ngarso Sung Tulada dan Ing Madya Mangun
Karsa.
Kini ketiga semboyan tersebut telah
menyatu menjadi satu kesatuan asas, yaitu:
·
Ing ngarsa sung tulada (jika di depan, menjadi contoh),
·
Ing madya mangun karsa (jika ditengah-tengah,
membangkitkan kehendak, hasrat atau motivasai), dan
·
Tut wuri handayani (jika di belakang, mengikuti dengan
awas).
b.
Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (hife
long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan
seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat mendukung terwujudnya
belajar sepanjang hayat harus dirancang dan diimplementasikan dengan
memperhatiakan dua dimensi yaitu Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah yang
meliputi: Disamping keterkaitan dan kesinambungan antartingkatan persekolahan,
harus pula terkait dengan kehidupan kehidupan peserta didik di masa depan.
Dimensi horizontal dari kurikulum sekolah yakni keterkaitan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
c.
Asas Kemandirian dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar,
sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari
campur tangan guru, namun guru selalu suiap untuk ulur tangan bila diperlukan.
Perwujudan asas kemandirian dalam
belajar akan menempatkan guru dalamperan utama sebagai fasilitator dan
motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih
kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar