Kamis, 13 November 2014

Nama  : Maliatul Khairiyah
NIM    : 201410070311122
Kelas   : I-C / Pendidikan Biologi
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
          Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia dan masyarakatnya. Sejak dulu, kini, maupun di masa depan pendidikan itu selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial-budaya dan perkembangan iptek. Pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan pendidikan itu disebut aliran-aliran pendidikan. Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya.
A.   Aliran Klasik dan Gerakan Baru dalam Pendidikan
Pemikiran-pemikiran tentang pendidikan yang telah dimulai pada zaman Yunani Kuno, dan dengan kontribusi berbagai bagian dunia lainnya, akhirnya berkembang dengan pesat di Eropa dan Amerika Serikat. Pemikiran-pemikiran itu tersebar keseluruh dunia, termasuk Indonesia, dengan berbagai cara, seperti: dibawa oleh bangsa penjajah ke daerah jajahannya, melalui bacaan (buku dan sejenisnya), dibawa oleh orang-orang yang pergi belajar ke Eropa/Amerika Serikat, dan sebagainya.
Aliran-aliran klasik yang meliputi aliran-aliran empirisme,nativisme,naturalisme, dan konvergensi merupakan benang-benang merah yang menghubungkan pemikiran-pemikiran pendidikan masa lalu, kini, dan mungkin yang akan datang.
Selanjutnya, terdapat beberapa gagasan yang lebih bersifat satu gerakan dalam pendidikan yang pengaruhnya masih terasa sampai kini, yakni gerakan-gerakan pengajaran alam sekitar, pengajaran pusat perhatian, sekolah kerja, dan pengajaran proyek. Gerakan-gerakan ini sangat mempengaruhi cara-cara guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar di sekolah.

1.   Aliran-Aliran Klasik dalam Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Pemikiran  Pendidikan di Indonesia
Terdapat perbedaan penekanan di dalam sesuatu teori kepribadian tertentu tentang faktor manakah yang paling berpengaruh (dominan) dalam perkembangan kepribadian. Teori-teori dari Strategi Disposisional, terutama yang berdasar pada pandangan biologis (konstitusional) dari Kretschmer dan Sheldon, memberikan tekanan pada pengaruh faktor hereditas, sedang teori-teori dari Strategi Behavioral dan Strategi Phenomenologis menekankan pada faktor belajar.
a.  Aliran Empirisme
Aliran empirisme bertolak dari tradisi kunci yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman empirik yang di peroleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak. Aliran empirisme di pandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang dipeoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang di bawa anak sejak lahir di anggap tidak menentukan, menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena berbakat, meskipun lingkungan sekitarnya tidak mendukung.
b.  Aliran Nativisme
Istilah nativisme bersal dari kata natie yang artinya adalah terlahir. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya  dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya kalau anaknya mempunyai pembawaan baik maka di akan menjadi orang baik. Pembawaan buruk dan baik ini tidak dapat diubah dari kekuatan luar. Hasil perkembangan ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak lahir dan ditentukan oleh anak itu sendiri. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak sendiri.
c.  Aliran Naturalisme
Pandangan yang ada persamaannya dengan nativisme adalah aliran naturalisme yang dipelopori oleh seorang filsuf Prancis J.J Rousseau 1712-1778) dan berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan buruk. Pembawaan baik anak akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan. Aliran ini juga disebut negativisme, karena berpedat bahwa pendidik wajib membiarkan anak pada alam. Jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Yang dilaksanakan adalah menyerahkan anak didik ke alam, agar pembawaan yang baik itu tidak terjadi rusak oleh tangan manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan itu. Pendidikan harus dijauhkan dalam perkembangan anak karena hal itu berari dapat menjauhkan anak dari segala hal yang bersifat dibuat-buat dan dapat membawa anak kembali ke alam untuk mempertahankan segala yang baik.
d.  Aliran Konvergensi
Perintis aliran ini William Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan bahasa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting. Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh kembang manusia.
e.  Pengaruh Aliran Klasik terhadap Pemikiran dan Praktek Pendidikan di Indonesia
Aliran-aliran pendidikan yang klasik mulai di kenal di Indonesia melalui upaya-upaya pendidikan, utamanya persekolahan , dari penguasa penjajah Belanda dan disusul kemudian oleh orang-orang Indonesia yang belajar di negeri Belanda pada masa penjajahan.Dengan kata lain meskipun peranan pandangan empirisme dan nativisme tidak sepenuhnya di tolak, tetapi penerimaan itu dilakukan dengan pendekatan elektif fungsional yakni diterima sesuai kebutuhsn, namun ditempatkan dalam latar pandangan konvergensi. Khusus dalam latar persekolahan, kini terdapat sejumlah pendapat yang lebih menginginkan agar peserta didik lebih ditempatkan pada posisi yang seharusnya, yakni sebagai manusia yang dapat di didik dan juga dapat mendidik dirinya sendiri.
2.   Gerakan Baru Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap Pelaksanaan di Indonesia.
Gerakan-gerakan baru dalam pendidikan pada umumnya termasuk yang kedua yakni upaya peningkatkan mutu pendidikan hanya dalam satu atau beberapa komponen saja. Beberapa dari gerakan-gerakan baru tersebut memusatkan diri pada perbaikan dan peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar pada sistem persekolahan, seperti pengajaran alam sekitar, pengajaran pusat perhatian, sekolah kerja pengajaran proyek, dan sebagainya. (Suparlan, 1984; Soejono, 1958).
a.  Pengajaran Alam Sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar, perintis gerakan ini antara lain: Fr.A. Finger (1808-1888) di Jerman dan J Ligthart (1859-1916) di Belanda. Alam sekitar sebagai fundamental pendidikan dan pengajaran memberikan dasar emosional, sehingga anak menaruh perhatian yang spontan terhadap segala sesuatu yang diberikan kepadanya asal itu didasarkan atas dan diambil dari alam sekitarnya.
b.  Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly (1871-1932) dari Belgia dengan pengajaran melalui pusat-pusat minat, disamping pendapatnya tentang pengajaran global.
c.   Sekolah Kerja
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebaagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan.
d.  Pengajaran Proyek
Dalam pengajaran proyek anak bebas menentukan pilihannya (terhadap pekerjaan), merancang, serta memimpinnya.
e.  Pengaruh Gerakan Baru dalam Pendidikan Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia
Gerakan baru dalam pendidikan tersebut terutama berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah, namun dasar-dasar pikirannya tentulah menjangkau semua segi dari pendidikan, baik aspek konseptual maupun operasional. Sebab itu, mungkin saja gerakan-gerakan itu tidak diadopsi seutuhnya disuatu masyarakat atau negara tertentu, namun asas pokoknya menjiwai kebijakan-kebijakan pendidikan dalam masyarakat atau negara itu.
B.   Dua “Aliran” Pokok Pendidikan di Indonesia
Dua “aliran” pokok pendidikan di Indonesia itu dimaksudkan adalah Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Taman.Kedua aliran ini dipandang sebagai suatu tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia. Namun perlu dikemukakan bahwa prakarsa dan upaya di bidang pendidikan tidak terbatas hanya oleh Taman Siswa dan INS itu saja.
1.    Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara (lahir 2 Mei 1889 dengan nama Suwardi Suryaningrat) pada tanggal 3 Juli 1932 di Yogyakarta, yakni dalam bentuk yayasan, selanjutnya mulai didirikan Taman Indria (Taman Kanak-Kanak) dan Kursus Guru, selanjutnya Taman Muda (SD), disusul Taman Dewasa merangkap Taman Guru.
2.    Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS di dirikan aleh Mohammad Sjafei (lahir di Matan, Kalbar tahun 1895) pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam (Sumatra Barat).
Kajian tentang berbagai aliran dan/gerakan pendidikan itu akan memberikan pengetahuan dan wawasan historis kepada tenaga kependidikan. Hal itu sangat penting, agar pendidik dapat memahami, dan pada gilirannya kelak dapat memberi kontribusi terhadap dinamika pendidikan itu. Dan yang tak kalah pentingnya adalah bahwa dengan pengetahuan dan wawasan historis tersebut, setiap tenaga kependidikan diharapkan memiliki bekal yang memadai .s
Pertanyaan
1.    Apakah SMK itu termasuk gerakan baru pendidikan sekolah kerja?

2.    Apa pengaruh pengalaman dan lingkungan dalam pembentukan bakat dan kemampuan seorang anak?
Nama  : Maliatul Khairiyah
NIM    : 201410070311122
Kelas   : I-C / Pendidikan Biologi
PENGERTIAN, FUNGSI, DAN JENIS LINGKUNGAN PENDIDIKAN
          Manusia dalam hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan, yang akan mempengaruhi manusia secara bervariasi. Kajian  tentang peranan dan fungsi setiap pusat pendidikan sangat penting, karena akan memberikan wawasan yang tepat serta pemahaman yang luas dan menyeluruh tentang lingkup kegiatan dan upaya pendidikan itu. Kajian tentang lingkungan pendidikan akan dimulai dengan pengertian dan fungsi lingkungan pendidikan, disusul dengan kajian setiap pusat dari tripusat pendidikan itu, dan di akhiri dengan kajian tentang saling pengaruh antarketiganya. Kajian ini akan dilakukan baik ditinjau dari segi konseptual maupun operasional.
A.   Pengertian dan Fungsi Lingkungan Pendidikan
Latar tempat berlangsungnya pendidikan disebut lingkungan pendidikan, khususnya pada tiga lingkungan utama pendidikan yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat (Umar Tirtaraharja et.al., 1990:39-40). Makin bertambah usia seseorang, peranan lingkungan pendidikan lainnya (yakni sekolah dan masyarakat) semakin penting meskipun pengaruh lingkungan keluarga masih tetap berlanjut.
Jalur pendidikan sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan disekolah melalui kegiatan belajar-mengajaryang berjenjang dan berkesinambungan, mulai dari pendidikan prasekolah (taman kanak-kanak), pendidikan dasar (SD dan SLTP), pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sedangkan jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan diluar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan diluar sekolah melalui kegiatan belajar-mengajar yang harus berjenjang dan berkesinambungan, baik yang dilembagakan maupun tidak, yang meliputi pendidikan keluarga, pendidikan prasekolah (seperti kelompok bermain dan penitipan anak), kursus, kelompok belajar, dan sebagainya. Program pendidikan yang berbeda-beda yang mempersiapkan individu untuk berbgai posisi di dalam masyarakat amat menentukan peranan pendidikan untuk mengalokasikan individu-individu di berbagai posisi dalam masyarakat (Redja Madyahardjo et.al., 1992: Modul 5/46/47).
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial, dan budaya), utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang optimal. Penataan lingkungan pendidikan dimaksudkan agar proses pendidikan dapat berkembang efisien dan efektif.
Tripusat Pendidikan
Manusia sepanjang hidupnya selalu akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan pendidikan yang utama yakni keluarga, sekolah dan masyarakat dan ketiganya disebut tripusat pendidikan. Pada masyarakat yang masih sederhana keluarga mempunyai dua fungsi yaitu fungsi produksi dan fungsi konsumsi. Pada masyarakat tersebut orang tua yang mengajar pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup, orang tua pula yang melatih dan memberi petunjuk tentang berbagai aspek kehidupan, sampai anak menjadi dewasa dan berdiri sendiri. Tetapi pada masyarakat modern di mana industrialisasi semakin berkembang dan memerlukan spesialisasi, maka pendidikan yang semula menjadi tanggung jawab keluaga itu kini sebagian besar diambil alih oleh sekolah dan lembaga-lembaga sosial lainnya. Pada tingkat yang paling permulaan fungsi ibu sebagian sudah diambil alih oleh pendidikan prasekolah. Pada tingkat spesialisasi yang rumit, pendidikan keterampilan sudah tidak berada pada ayah lagi sebab sudah di ambil alih oleh sekolah-sekolah dan perguruan tinggi.
Meskipun keluarga kehilangan sejumlah fungsi yang semula menjadi tanggung jawabnya, namun keluarga masih tetap merupakan lembaga yang paling penting dalam proses sosialisasi anak, karena keluarga yang memberikan tuntunan dan contoh-contoh semenjak masa anak sampai  dewasa dan berdiri sendiri.
1.   Keluarga
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga itu dapat berupa keluarga inti (nucleus family: ayah, ibu, dan anak), ataupun keluarga yang diperluas (disamping inti, ada orang lain: kakek/nenek, adik/ipar, pembantu, dan lain-lain). Di samping faktor iklim sosial, faktor-faktor lain dalam keluarga yang ikut pula mempengaruhi tumbuh kembangnya anak, seperti kebudayaan, tingkat kemakmuran, keadaan perumahannya, dan sebagainya. Dengan kata lain, tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh keseluruhan situasi dan kondisi keluarganya. Pendidikan dalam keluarga memberikan keyakinan agama, nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan, keterampilan dan sikap hidup yang mendukung kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara kepada anggota keluaraga yang bersangkuatan (Undang-Unadang, 1992: 26).
Lingkungan keluarga sungguh-sungguh merupakan pusat pendidikan yang penting dan menentukan, karena itu tugas pendidikan adalah mencari cara, membantu para ibu dalam tiap keluarga agar dapat mendidik anak-anaknya dengan optimal. Anak yang dimanjakan akan lebih bersifat tidak penurut, agresif dan suka menentang. Sebaliknya anak yang di asuh oleh ibu yang suka mendominasi akan berkembang menjadi anak yang penurut dan selalu tergantung kepada orang lain (kurang inisiatif).
2.   Sekolah
Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakat. Salah satu alternatif yang mungkin dilakukan disekolah untuk melaksanakan kebijakan nasional itu adalah secara bertahap mengembangkan sekolah menjadi suatu tempat pusat latihan (training centre) manusia Indonesia di masa depan. Suatu alternatif yang mungkin dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah, antara lain:
a.    Pengajaran yang baik
Yakni pengajaran yang secara serentak memberi peluang pencapaian tujuan instruksional bidang studi dan tujuan-tujuan umum pendidikan lainnya.
b.    Peningkatan dan pemantapan pelaksanakan program bimbingan dan penyuluhan (BP) di sekolah,
c.    Pengembangan perpustakaan sekolah menjadi suatu pusat sumber belajar (PSB),
d.    Peningkatan dan pemantapan program pengelolaan sekolah, khususnya yang terkaitdengan pesrta didik.
3.   Masyarakat
Kajian antara masyarakat dan pendidikan dapat di tinjau dari tiga segi, yakni:
a.    Masyakat sebagai penyelenggara pendidikan,
b.    Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di masyarakat
c.    Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar.
Dari tiga hal tersebut di atas, yang kedua dan ketigalah yang terutama menjadi kawasan dari kajian masyarakat sebagai pusat pendidikan. Fungsi masyarakat sebagai pusat pendidikan sangat tergantung pada taraf perkembangan dari masyarakat itu beserta sumber-sumber belajar yang tersedia di dalamnya. Setelah keluarga, kelompok sebaya mungkin paling besar pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadian, terutama pada saat anak berusaha melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan orang tua. Akhirnya perlu dikemukakan salah satu faktor dalam lingkungan masyarakat yang makin penting peranannya yakni media massa.
B.   Pengaruh Timbal Balik antara Tripusat Pendidikan Terhadap Perkembangan  Peserta Didik
Perkembangan peserta didik, seperti juga tumbh-kembang anak pada umunya, dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni hereditas, lingkungan proses perkembangan, dan anugerah. Khusus untuk faktor lingkungan, peranan tripusat pendidikan itulah yang paling menentukan, baik secara sendiri-sendiri ataupun secara bersama-sama. Kaitan antara tripusat pendidikan dengan tiga kegiatan pendidikan untuk mewujudkan jati diri yang mantap, penguasaan pengetahuan, dan kemahiran keterampilan. Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberi kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni:
a.    Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya.
b.    Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan.
c.    Pelatihan  dalam upaya pemahiran keterampilan.
Berdasarkan ketentuan yuridis ternyata bahwa kurikulum SD mempunyai dua jenis muatan, yakni muatan nasional dan muatan lokal. Kedua jenis muatan lokal itu merupakan satu kesatuan yang saling menunjang dan menguatkan. Muatan nasional kurikulum SD ditetapkan secara nasional dan berlaku sama di seluruh Indonesia, sedangkan muatan lokal kurikulum SD dapat berupa pelajaran tambahan dan atau penjabaran/tambahan kajian dari mata pelajaran yanag telah ada.
Pertanyaan
1.    Tripusat pendidikan akan memberi pengaruh terhadap kehidupan manusia. Bagaimana jika salah satu dari tripusat pendidikan justru memberikan pengaruh yang tidak baik?  Misalnya  lingkungan keluarga dan sekolah sudah memberi pengaruh yang baik tetapi lingkungan masyarakat sekitar justru tidak memberikan pengaruh yang baik terhadap kehidupan seorang peserta didik. Dia tinggal di lingkungan atau di kawasan pencuri dan preman brandal. Apa yang akan terjadi pada anak tersebut ?

2.    Apakah hanya tripusat pendidikan seperti lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat yang berpengaruh terhadap kehidupan pendidikan manusia? Bagaimana dengan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti media massa,hp dan jejaring sosial yang dapat menghubungkan manusia yang satu dengan manusia lain dan dapat digunakan sebagai media pembelajaran? Apakah tidak termasuk lingkungan pendidikan? Dengan bantuan teknologi kita bisa mengakses berbagai macam ilmu pengetahuan yang kita inginkan.
Nama  : Maliatul Khairiyah
NIM    : 201410070311122
Kelas   : I-C / Pendidikan Biologi
PERKIRAAN DAN ANTISIPASI TERHADAP MASYARAKAT MASA DEPAN
          Pendidikan selalu bertumpu pada suatu wawasan kesejarahan, yakni pengalaman-pengalaman masa lampau, kenyataan dan kebutuhan mendesak masa kini, dan aspirasi serta harapan masa depan. Melalui pendidikan diharapkan dapat ditumbuhkan kemampuan untuk menghadapi tuntutan objektif masa kini, baik tuntutan dari dalam maupun tuntutan karena pengaruh dari luar masyarakat yang bersangkutan. Melalui pendidikan juga akan ditetapkan langkah-langkah yang dipilih masa kini sebagai upaya mewujudkan aspirasi dan harapan dimasa depan.
A.   Perkiraan Masyarakat Masa Depan
Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu latar kemasyarakatan dan kebudayaan tertentu. Masyarakat Indonesia dan kebudayaan nasional merupakan landasan Sistem Pendidikan Nasional. Landasan sosio-kultural merupakan salah satu dasar utama dalam menentukan arah kepada program-program pendidikan, baik program pendidikan sekolah maupun program pendidikan luar sekolah. Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam pelestarian dan pengembangan kebudayaan setiap masyarakat. Kebudayaan itu dapat:
a.    Berwujud ideal yakni ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya.
b.    Berwujud kelakuan yakni kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
c.    Berwujud fisik yakni benda-benda hasil karya manusia.
Perubahan yang cepat mempunyai beberapa karakteristik umum yang dapat dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat di masa depan yaitu:
a.    Kecenderungan globalisasi yang semakin kuat.
b.    Perkembangan iptek yang makin cepat.
c.    Perkembangan arus informasi yang semakin padat dan cepat.
d.    Kebutuhan/tuntutan peningkatan layanan profesional dalam berbagai segi kehidupan manusia. Khusus yang terakhir tersebut, perlu lebih dimantapkan profesionalisasi tenaga kependidikan.
Pemahaman tentang keadaan masyarakat masa depan tersebut akan sangat penting sebagai latar depan segala kebijakan dan upaya pendidikan masa kini dan masa yang akan datang. Kajian masyarakat masa depan itu semakinpenting jika diingat bahwa pendidikan selalu merupakan penyiapan peserta didik bagi peranannya di masa yang akan datang. Dengan demikian, pendidikan seharusnya selalu mengantisipasi keadaan masyarakat masa depan.
1.   Kecenderungan Globalisasi
Istilah globalisasi (asal kata: global yang berarti secara umumnya, utuhnya, kebulatannya) bermakna bumi sebagai satu keutuhan seakan-akan tanpa tapal batas administrasi negara, dunia menjadi amat trasparan, serta saling ketergantungan antarbangsa di dunia semakin besar; dengan kata lain: Menjadikan dunia sebagai satu keutuhan, satu kesatuan. Suatu peristiwa yang terjadi dalam suatu negara tertentu akan tersebar dengan cepat ke seluruh pelosok dunia, dari perkotaan sampai pedesaan, serta akan mempunyai pengaruh terhadap manusia dan masyarakat di mana pun di dunia ini. Dunia seakan-akan menjadi sempit dan tak menghiraukan lagi batas-batas negara.
Beberapa kecenderungan globalisasi dari keempat bidang tersebut sebagai berikut:
a.    Bidang iptek yang mengalami perkembangan yang semakin cepat,
b.    Bidang ekonomi yang mengarah ke ekonomi regional dan atau ekonomi global tanpa mengenal batas-batas negara.
c.    Bidang lingkungan hidup telah menjadi bahan pembicaraan dalam berbagai pertemuan internasional.
d.    Bidang pendidikan dalam kaitannya dengan intensitas bangsa, termasuk budaya nasional dan budaya-budaya nusantara.
2.   Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek)
Globalisasi perkembangan iptek dapat berdampak positif ataupun negatif, tergantung pada kesiapan bangsa beserta kondisi sosial –budayanya untuk menerima limpahan informasi /teknologi. Segi positifnya antara lain memudahkan untuk mengikuti perkembangan iptek yang terjadi di dunia, menguasai dan menerapkannya untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Sedangkan segi negatif akan timbul apabila kondisi sosial-budaya belum siap menerima limpahan itu (Pratiwi Sudarsono, 1990: 14-15)
Percepatan perkembangan iptek terkait dengan landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis (Filsafat ilmu, 1981:9-15). Segi landasan ontologis berupa pengalaman atau segenap  ujud yang di jangkau lewat alat indra telah mengalami perkembangan yang pesat karena didapatkannya peranti (device) yang membantu alat indra tersebut. Segi landasan epistemologis, cara yang dipakai untuk memperoleh pengetahuan yang disebut ilmu pengetahuan tersebut telah mengalami perkembangan yang pesat. Landasan aksiologis atau untuk apa iptek itu dipergunakan, yang mempersoalkan tentang penggunaan iptek tersebut secara moral tertuju pada kemaslahatan manusia. Terdapat serangkaian kegiatan pengembangan dan pemanfaatan iptek, yaitu:
a.  Penelitian dasar (basic research).
b.  Penelitian terapan (applied research).
c.   Pengembangan teknologi (technological development).
d.  Penerapan teknologi.
Masyarakat masa depan adalah masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh iptek, yang akan lebih membenarkan ucapan Francis Bacon bahwa “ ilmu adalah kekuasaan”. Dan kalau ilmu adalah kekuasaan maka teknologi merupakan alat kekuasaan atas manusia, kebudayaan, dan alam.
3.     Perkembangan Arus Komunikasi yang Semakin Padat dan Cepat
Pada umumnya bentuk komunikasi langsung (verbal ataupun non-verbal) dikenal sebagai komunikasi antar pribadi (interpersonal communication), baik komunikasi antar dua orang (dyadic communication), maupun komunikasi dalam dalam kelompok kecil (small group communication) dengan ciri pokok adanya dialog di antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Proses komunikasi melewati beberapa unsur dasar:
a.  Sumber pesan seperti harapan, gagasan perasaan atau perilaku yang di inginkan oleh pengirim pesan.
b.  Penyandingan(encoding), yakni pengubahan /penerjemahan isi pesan ke dalam bentuk yang serasi dengan alat pengiriman pesan.
c.   Transmisi (pengiriman) pesan.
d.  Saluran.
e.  Pembukasandian (decoding) yakni penerjemahan kembali apa yang diterima kedalam isi pesan oleh penerima.
f.   Reaksi internal penerima sesuai pemahaman pesan yang di terimanya.
g.  Gangguan/hambatan (noise) yang dapat terjadi pada semua unsur dasar lainnya.

4.   Peningkatan Layanan Profesional
Profesi adalah suatu lapangan pekerjaan dengan persyaratan tertentu,”suatu vokasi khusus yang mempunyai ciri-ciri: Expertise (keahlian), responsibility (tanggung jawab), corporateness (kesejawatan)” (Huntington,1964, dari Nugroho Notosusanto,1984:16)
Profesionalisasi merupakan proses pemantapan profesi sehingga memperoleh status yang melembaga sebagai profesional (Nugroho Notosusanto, 1984:13-16), didalamnya akan terkait dengan permasalahan akreditasi, sertifikasi, dan izin praktek.
B.   Upaya Pendidikan dalam Mengantisipasi Masa Depan
Pengembangan pendidikan dalam masyarakat yang sedang berubah dengan cepat haruslah dilakukan secara menyeluruh dengan pendekatan sistematis-sistemik. Pendidikan sistematis adalah pengembangan pendidikan dilakukan secara teratur  melalui perencanaan yang bertahap; sedang sistemik menunjuk pada pendekatan sistem dalam proses berpikir yang mengaitkan secara fungsional semua aspek dalam pembaruan pendidikan tersebut  (Depdikbud, 1991/1992a:21).
1.   Tuntutan bagi Manusia Masa Depan (Manusia Modern)
Kemampuan menyesuaikan diri dan memanfaatkan peluang globalisai dalam berbagai bidang wawasan dan pengetahuan yang memadai tentang iptek umpamanya melek teknologi tanpa harus menjadi pakar iptek, kemampuan menyaring dan memanfaatkan arus informasi yang semakin padat dan cepat, dan kemampuan bekerja efisien sebagai cikal bakal kemampuan profesional. Keempat tantangan tersebut merupakan gejala konstelasi dunia masa kini dan masa depan, dan oleh karena itu, manusia Indonesia perlu berupaya untuk menyesuaikan diri sehingga menjadi manusia modern. Kemampuan dasar sebagai manusia Pancasila yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar akan siap untuk:
a.  Memahami lapangan kerja sebagai manusia pembangunan setelah melalui orientasi dan/atau pelatihan tambahan sesuai dengan kebutuhan
b.  Melanjutkan ke pendidikan menengah.
2.   Upaya Mengantisipasi Masa Depan
Berdasarkan perkiraan tentang masyarakat masa depan serta profil manusia yang diharapkan berhasil di dalam masyarakat itu maka perlu di kaji berbagai upaya masa kini yang memungkinkan mewujudkan manusia masa depan tersebut. Masyarakat Indonesia sedang beralih dari masyarakat agraris ke masyarakat industri dan masyarakat informasi. Oleh karena itu mengembangkan sumber daya manusia, utamanya melalui pendidikan sebagai pilar utama, akan sangat penting. Kajian tentang upaya mengantisipasi masa depan melalui pendidikan akan di arahkan pada:
a.  Aspek yang paling berperan dalam individu untuk memberi arah antisipasi tersebut yakni nilai dan sikap.
b.  Pengembangan adanya budaya dan sarana kehidupan.

c.   Tentang pendidikan itu sendiri, utamanya pengembangan sarana pendidikan. Ketiga hal tersebut merupakan titik strategi dalam mengantisipasi masa depan tersebut.
LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA PENERAPANNYA
          Landasan-landasan pendidikan akan memberikan pijakan arah terhadap pembentukan manusia Indonesia, dan srentak dengan itu, mendukung perkembangan  masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan asas-asas pokok pendidikan akan memberi corak khusus dalam penyelenggaraan pendidikan itu, dan pada gilirannya, memberi corak pada hasil-hasil pendidikan itu yakni manusia dan masyarakat Indonesia. Beberapa landasan-landasan pendidikan adalah landasan filosofis,sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan menjemput masa depan.
A.    sLandasan Pendidikan
Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup dan dalam latar sosial-kebudayaan setiap masyarakat tertentu. Pendidikan diselenggarakan berlandaskan filsafat hidup serta berlandaskan sosiokultural setiap masyarakat, termasuk Indonesia. Landasan (filosofis, sosiologis, dan kultural) akan memnbekali setiap tenaga kependidikan dengan wawasan dan pengetahuan yang tepat tentang bidang tugasnya.
Landasan psikologis dan landasan iptek erat kaitannya dalam setiap upaya pendidikan, utamanya pengajaran. Landasan psikologis akan membekali tenaga kependidikan dengan pemahaman perkembangan peserta didik dan cara-cara belajarnya. Sedangkan landasan iptek akan membekali tenaga kependidikan, khususnya guru, tentang sumber bahan ajaran. Pengkajian landasan psikologis dan landasan iptek akan membekali tenaga  kependidikan suatu pegangan dalam mewujudkan keseimbangan dan keselarasan yang dinamis antara pengembangan jati diri peserta didik dan penguasaan iptek.
Berikut ini adalah landasan-landasan pendidikan:
1.    Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan  makna atau hakikat pendidikan. Landasan filosofis juga merupakan landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafat,falsafah). Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan, meyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme, Pragramatisme dan progresivisme, dan eksistensialisme.
2.    Landasan Sosiologis
Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial didalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang:
a.    Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
b.    Hubungan kemanusiaan disekolah.
c.    Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
d.    Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
Kajian sosiologi tentang pendidikan pada prinsipnya mencakup semua jalur pendidikan, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah seperti pendidikan keluarga. Selain itu proses pendidikan juga dipengaruhi oleh berbagai kelompok sosial dalam masyarakat seperti kelompok keagamaan dan kelompok sebaya seperti teman bermain. Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan masyarakat terutama dalam hal menumbuh  kembangkan KeBhineka tunggal Ika-an, baik melalui kegiatan jalur sekolah (umpamanya dengan mata pelajaran pendidikan moral Pancasila, pendidikan sejarah perjuangan bangsa, dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran P4, pemasyarakatan P4 nonpenataran).
3.    Landasan Kultural
Menurut UU-RI No. 2 Tahun 1989 pasal Ayat 2 ditegaskan bahwa yang dimaksudkan dengan Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan /dikembangkan dengan jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara informal maupun secara formal.
Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai denga perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nlai-nilai, dan norma-norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga. Pada mayarakat primitif, transmisi kebudayaan dilakukan secara informal dan nonformal. Sedangkan pada masyarakat yang telah maju transmisi kebudayaan dilakukan secara informal, nonformal, dan formal.
Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui upaya pendidikan sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini haruslah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.
4.    Landasan Psikologis
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasn psikologis merupakan salah satu landasan yang penting  dalam bidang pendidikan. Pemahaman peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dsn penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan, umpama pengetahuan tentang aspek-aspek pribadi, urutan, dan ciri-ciri pertumbuhan setiap aspek dan konsep tentang cara-cara paling tepat untuk mengembangkannya.
Peserta didik selalu berada dalam proses perubahan, baik karena pertumbuhan maupun karena perkembangan. Pertumbuhan terutama karena pengaruh faktor internal sebagai akibat kematangan dan proses pendewasaan, sedangkan perkembangan terutama karena pengaruh lingkungan. Pemahaman tumbuh-kembang manusia itu sangat penting sebagai bekal dasar untu memahami peserta didik dan untuk menentukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam membantu proses tumbuh-kembang itu secara efisien dan efektif.
5.    Landasan Ilmiah dan Teknologis
Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) mempunyai kaitan yang sangat erat. Karena kebutuhan pendidikan yang sangat mendesak maka banyak teknologi dari berbagai bidang ilmu segera di adopsi kedalam penyelenggaraan pendidikan, dan atau kemajuan itu segera dimanfaatkan oleh penyelenggara pendidikan itu. Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia. Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar seyogiannya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi maupun cara memproleh informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat.
B.    Asas-Asas Pokok Pendidikan
Asas pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusus untuk pendidikan di Indonesia, terdapat sejumlah asas yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Terdapat tiga asas yang harus dipahami dan diterapkan oleh penyelenggara pendidikan yaitu asas tut wuri handayani, asas belajar sepanjang hayat, asas kemandirian dalam belajar.
a.    Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari Sistem Among dari perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hadjar Dewantara itu mendapat tanggapan positif dari Drs. R.M.P. Sostrokartono (Filsuf dan ahli bahasa) dengan menambahkan dua semboyan untuk melengkapinya, yakni Ing Ngarso Sung Tulada dan Ing Madya Mangun Karsa.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas, yaitu:
·         Ing ngarsa sung tulada (jika di depan, menjadi contoh),
·         Ing madya mangun karsa (jika ditengah-tengah, membangkitkan kehendak, hasrat atau motivasai), dan
·         Tut wuri handayani (jika di belakang, mengikuti dengan awas).
b.    Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (hife long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education).  Kurikulum yang dapat mendukung terwujudnya belajar sepanjang hayat harus dirancang dan diimplementasikan dengan memperhatiakan dua dimensi yaitu Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah yang meliputi: Disamping keterkaitan dan kesinambungan antartingkatan persekolahan, harus pula terkait dengan kehidupan kehidupan peserta didik di masa depan. Dimensi horizontal dari kurikulum sekolah yakni keterkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
c.    Asas Kemandirian dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu suiap untuk ulur tangan bila diperlukan.

Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalamperan utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).
PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN
A.    Pengertian pendidikan
1.    Batasan tentang pendidikan
Pendidikan seperti sifat sasarannya manusia yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Batasan tentang pendidikan yang di buat para ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya.
Pengertian pendidikan dapat dilihat dari berbagai segi yaitu:
a.    Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ada 3 bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab dan lainn-lain, yang kurang cocok diperbaiki, misalnya tata cara pesta perkawiana, dan yang tidak cocok diganti misalnya pendidikan seks yang dahulu ditabukan diganti dengan pendidikan seks melalui pendidikan formal.
Dengan menyadari bahwa sistem pendidikan itu merupakan subsistem dari sitem pembangunan nasional maka misi pendidikan sebagai transformasi budaya harus sinkron dengan beberapa Pernyataan GBHN  yang memberikan tekanan pada upaya pelestarian dan pengemabangann kebudayaan, yaitu sebagai berikut (BP.7. Pusat, 1990:109-110).
1)    Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, rasa, dan karsa bangsa Indonesia.
2)    Kebudayaan nasional yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa harus tetap dipelihara, dibina, dan dikembangkan sehingga mampu menjadi penggerak bagi perwujudan cita-cita bangsa dimasa depan.
3)    Perlu ditumbuhkan kemampuan masyarakat untuk mengangkat nilai-nilai sosial budaya daerah yang luhur serta menyerap nilai-nilai dari luar yang positif dan yang diperlukan bagi pembaruan dalam proses pembangunan.
4)    Perlu terus diciptakan suasana yang mendorong tumbuh dan berkembangnya disiplin nasional serta sikap budaya yang mampu menjawab tantangan pembangunan dengan dikembangkan pranata sosial yang dapat mendukung proses pemantapan budaya bangsa.
5)    Usaha pembaruan bangsa perlu dilanjutkan disegala bidang kehidupan, bidang ekonomi, dan sosial budaya.
b.    Pendidikan sebagai Proses pembentukan pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi, diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Pembentukan pribadi mencakup  pembentukan cipta, rasa, dan karsa (kognitif, afektif, dan psikomotor) yang sejalan dengan pengembangan fisik.
c.    Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara
Pendidikan sebagai penyiapan warga negara diartiakn sebagai suatu kegiatan yang terancang untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.
d.    Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartiakan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari misi pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan  manusia.
e.    Definisi Pendidikan Menurut GBHN
GBHN 1988 (BP 7 Pusat, 1990:105) memberiakn batasan tentang pendidikan nasional sebagai berikut: Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indnesia dan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasr 1945 diarah kan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas dan mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakatbsekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
2.    Tujuan dan Proses Pendidikan
Tujuan pendidikan memuat  gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberiakn arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai  oleh segenap kegiatan pendidikan.
Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pecapaian tujuan pendidikan. Bagaimana proses pendidikan itu dilaksanankan sangat menentukan kualitas hasil pencapaian  tujuan pendidikan. Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya. Pengeloaan proses pendidikan meliputi ruang lingkup makro, meso, dan mikro. Yang menjadi tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal.
3.    Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH)
Pada zaman Nabi Muhammad saw. 14 abad yang lampau, ide dan konsep itu telah disiarkannya dalam bentuk suatu imbauan; Tuntutlah ilmu mulai sejak di buaian hingga ke liang lahat. Jadi belajar itu tidak tidak dibatasi oleh usia. Dorongan belajar sepanjang hayat itu terjadi karena dirasakan sebagai kebutuhan.Setiap orang merasa butuh untuk mempertahankan huidup dan kehidupannya dalam menghadapi dorongan-dorongan dari alam sekitar yang selalu berubah. Mereka dituntut untuk mampu menyesuaikan diri secara aktif, dinamis, kreatif, dan inovatif terhadap diri  dan kemajuan zaman.
PSH didefinisikan sebagai tujuan atau ide formal untuk perorganisasian dan penstrukturan pengalaman pendidikan. perorganisasian dan penstrukturan ini diperluas mengikuti seluruh rentangan usia, dari usia yang paling muda sampai paling tua. (Cloropley; 67)
Didalam tulisan Cloropley dengan memperhatikan masukan dari sebagian pemerhati pendidikan mengemukakan beberapa alasan tentang perlunya PSH, antara lain: keadilan, ekonomi, perubahan perencanaan, perkembangan teknologi, faktor vokasional, kebutuhan orang dewasa, dan kebutuhan anak-anak masa  awal, (Cloropley: 32-44).
4.    Kemandirian dalam Belajar
Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari pembelajar.
Konsep dasar dasar kemandirian dalam belajar membawa implikasi kepada konsep pembelajaran, peranan pendidik khususnya guru, dan peranan peserta didik.
Belajar merupakan aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman, bertumpu pada kemampuan diri belajar dibawah bimbingan pengajar.
Mengajar merupakan aktivitas mengarahkan, memberikan kemudahan bagaimana cara menemukan sesuatu (bukan memberi sesuatu) berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh pengajar.

B.    UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN
Proses pendidikan melibatkan banyak hal, yaitu:
1)    Subjek yang dibimbing (peserta didik).
2)    Orang yang membimbing (pendidik).
3)    Interaksi antara pesrta didik dengan pendidik (interaksi edukatif).
4)    Kearah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan).
5)    Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan).
6)    Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode).
7)    Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan).
C.    Pendidikan Sebagai Sistem
Sistem merupakan suatu kesatuan integral dari sejumlah komponen. Komponen-komponen tersebut satu sama lain saling berpengaruh dengan fungsinya masing-masing, tetapi secara fungsi komponen-komponen itu terarah pada pencapaian satu tujuan (yaitu tujuan dari sistem).
Model sistem dalam bidang pendidikan:
a)    Sistem baru merupakan masukan mentah (raw input) yang akan diproses menjadi tamatan (out put).
b)   Guru dan tenaga non guru, administrasi sekolah, kurikulum, anggaran pendidikan prasarana dan sarana merupakan masukan instrumental (instrumental input) yang memungkin dilaksanakannya pemrosesan masukan mentah menjadi tamatan.
c)    Corak budaya dan kondisi ekonomi masyarakat sekitar, kependudukan politik dan keamanan negara merupakan faktor lingkungan atau masukan lingkungan (environmental input) yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap berperannya masukan instrumental dalam pemrosesan masukan mentah.
Perbedaan pengajaran dengan pendidikan yaitu:
Ø  Pengajaran (Intruction)
-Lebih menekankan pada penguasaan wawasan dan pengetahuan tentang bidang/program tertentu seperti pertanian,kesehatan dan lain-lain.
-Makan waktu relatif pendek.
-Metode lebih bersifat rasional, teknis praktis.
Ø  Pendidikan (Education)
-Lebih menekankan pada pembentukan manusianya (penanaman sikap dan nilai-nilai).
-Makan waktu relatif panjang.

-Metode lebih bersifat psikologis dan pendekatan manusiawi.