Nama : Maliatul Khairiyah
NIM : 201410070311122
Kelas : I-C / Pendidikan Biologi
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
Gagasan
dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia dan
masyarakatnya. Sejak dulu, kini, maupun di masa depan pendidikan itu selalu
mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial-budaya dan
perkembangan iptek. Pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan pendidikan itu
disebut aliran-aliran pendidikan. Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak
awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan
generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari
orang tuanya.
A.
Aliran Klasik dan Gerakan Baru dalam
Pendidikan
Pemikiran-pemikiran tentang
pendidikan yang telah dimulai pada zaman Yunani Kuno, dan dengan kontribusi
berbagai bagian dunia lainnya, akhirnya berkembang dengan pesat di Eropa dan
Amerika Serikat. Pemikiran-pemikiran itu tersebar keseluruh dunia, termasuk
Indonesia, dengan berbagai cara, seperti: dibawa oleh bangsa penjajah ke daerah
jajahannya, melalui bacaan (buku dan sejenisnya), dibawa oleh orang-orang yang
pergi belajar ke Eropa/Amerika Serikat, dan sebagainya.
Aliran-aliran klasik yang meliputi
aliran-aliran empirisme,nativisme,naturalisme, dan konvergensi merupakan
benang-benang merah yang menghubungkan pemikiran-pemikiran pendidikan masa
lalu, kini, dan mungkin yang akan datang.
Selanjutnya, terdapat beberapa
gagasan yang lebih bersifat satu gerakan dalam pendidikan yang pengaruhnya
masih terasa sampai kini, yakni gerakan-gerakan pengajaran alam sekitar,
pengajaran pusat perhatian, sekolah kerja, dan pengajaran proyek.
Gerakan-gerakan ini sangat mempengaruhi cara-cara guru dalam mengelola kegiatan
belajar mengajar di sekolah.
1.
Aliran-Aliran Klasik dalam Pendidikan
dan Pengaruhnya Terhadap Pemikiran
Pendidikan di Indonesia
Terdapat perbedaan penekanan di dalam
sesuatu teori kepribadian tertentu tentang faktor manakah yang paling
berpengaruh (dominan) dalam perkembangan kepribadian. Teori-teori dari Strategi
Disposisional, terutama yang berdasar pada pandangan biologis (konstitusional)
dari Kretschmer dan Sheldon, memberikan tekanan pada pengaruh faktor hereditas,
sedang teori-teori dari Strategi Behavioral dan Strategi
Phenomenologis menekankan pada faktor belajar.
a. Aliran
Empirisme
Aliran empirisme bertolak dari
tradisi kunci yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia,
dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan
pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman empirik yang di peroleh dari
lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak. Aliran
empirisme di pandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan pengalaman
yang dipeoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang di bawa anak
sejak lahir di anggap tidak menentukan, menurut kenyataan dalam kehidupan
sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena berbakat, meskipun lingkungan
sekitarnya tidak mendukung.
b. Aliran
Nativisme
Istilah nativisme bersal dari kata natie
yang artinya adalah terlahir. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada
artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya
dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan
bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat,
sebaliknya kalau anaknya mempunyai pembawaan baik maka di akan menjadi orang
baik. Pembawaan buruk dan baik ini tidak dapat diubah dari kekuatan luar. Hasil
perkembangan ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak lahir dan
ditentukan oleh anak itu sendiri. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan
pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak sendiri.
c. Aliran
Naturalisme
Pandangan yang ada persamaannya
dengan nativisme adalah aliran naturalisme yang dipelopori oleh seorang filsuf
Prancis J.J Rousseau 1712-1778) dan berpendapat bahwa semua anak yang baru
dilahirkan mempunyai pembawaan buruk. Pembawaan baik anak akan menjadi rusak
karena dipengaruhi oleh lingkungan. Aliran ini juga disebut negativisme, karena
berpedat bahwa pendidik wajib membiarkan anak pada alam. Jadi dengan kata lain
pendidikan tidak diperlukan. Yang dilaksanakan adalah menyerahkan anak didik ke
alam, agar pembawaan yang baik itu tidak terjadi rusak oleh tangan manusia
melalui proses dan kegiatan pendidikan itu. Pendidikan harus dijauhkan dalam
perkembangan anak karena hal itu berari dapat menjauhkan anak dari segala hal
yang bersifat dibuat-buat dan dapat membawa anak kembali ke alam untuk
mempertahankan segala yang baik.
d. Aliran
Konvergensi
Perintis aliran ini William Stern
(1871-1939), seorang ahli pendidikan bahasa Jerman yang berpendapat bahwa
seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan
buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak,
baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang
sangat penting. Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai
pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh kembang manusia.
e. Pengaruh
Aliran Klasik terhadap Pemikiran dan Praktek Pendidikan di Indonesia
Aliran-aliran pendidikan yang klasik
mulai di kenal di Indonesia melalui upaya-upaya pendidikan, utamanya
persekolahan , dari penguasa penjajah Belanda dan disusul kemudian oleh
orang-orang Indonesia yang belajar di negeri Belanda pada masa penjajahan.Dengan
kata lain meskipun peranan pandangan empirisme dan nativisme tidak sepenuhnya
di tolak, tetapi penerimaan itu dilakukan dengan pendekatan elektif fungsional
yakni diterima sesuai kebutuhsn, namun ditempatkan dalam latar pandangan
konvergensi. Khusus dalam latar persekolahan, kini terdapat sejumlah pendapat
yang lebih menginginkan agar peserta didik lebih ditempatkan pada posisi yang
seharusnya, yakni sebagai manusia yang dapat di didik dan juga dapat mendidik
dirinya sendiri.
2.
Gerakan Baru Pendidikan dan
Pengaruhnya terhadap Pelaksanaan di Indonesia.
Gerakan-gerakan baru dalam pendidikan
pada umumnya termasuk yang kedua yakni upaya peningkatkan mutu pendidikan hanya
dalam satu atau beberapa komponen saja. Beberapa dari gerakan-gerakan baru
tersebut memusatkan diri pada perbaikan dan peningkatan kualitas kegiatan
belajar mengajar pada sistem persekolahan, seperti pengajaran alam sekitar,
pengajaran pusat perhatian, sekolah kerja pengajaran proyek, dan sebagainya.
(Suparlan, 1984; Soejono, 1958).
a. Pengajaran
Alam Sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan
anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar, perintis gerakan
ini antara lain: Fr.A. Finger (1808-1888) di Jerman dan J Ligthart (1859-1916)
di Belanda. Alam sekitar sebagai fundamental pendidikan dan pengajaran
memberikan dasar emosional, sehingga anak menaruh perhatian yang spontan
terhadap segala sesuatu yang diberikan kepadanya asal itu didasarkan atas dan
diambil dari alam sekitarnya.
b. Pengajaran
Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian dirintis
oleh Ovideminat Decroly (1871-1932) dari Belgia dengan pengajaran melalui
pusat-pusat minat, disamping pendapatnya tentang pengajaran global.
c.
Sekolah Kerja
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang
sebaagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan
keterampilan dalam pendidikan.
d. Pengajaran
Proyek
Dalam pengajaran proyek anak bebas
menentukan pilihannya (terhadap pekerjaan), merancang, serta memimpinnya.
e. Pengaruh
Gerakan Baru dalam Pendidikan Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia
Gerakan baru dalam pendidikan
tersebut terutama berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah, namun
dasar-dasar pikirannya tentulah menjangkau semua segi dari pendidikan, baik
aspek konseptual maupun operasional. Sebab itu, mungkin saja gerakan-gerakan
itu tidak diadopsi seutuhnya disuatu masyarakat atau negara tertentu, namun
asas pokoknya menjiwai kebijakan-kebijakan pendidikan dalam masyarakat atau
negara itu.
B.
Dua “Aliran” Pokok Pendidikan di Indonesia
Dua “aliran” pokok pendidikan di
Indonesia itu dimaksudkan adalah Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang
Pendidikan INS Kayu Taman.Kedua aliran ini dipandang sebagai suatu tonggak
pemikiran tentang pendidikan di Indonesia. Namun perlu dikemukakan bahwa
prakarsa dan upaya di bidang pendidikan tidak terbatas hanya oleh Taman Siswa
dan INS itu saja.
1.
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
didirikan oleh Ki Hajar Dewantara (lahir 2 Mei 1889 dengan nama Suwardi
Suryaningrat) pada tanggal 3 Juli 1932 di Yogyakarta, yakni dalam bentuk
yayasan, selanjutnya mulai didirikan Taman Indria (Taman Kanak-Kanak) dan
Kursus Guru, selanjutnya Taman Muda (SD), disusul Taman Dewasa merangkap Taman
Guru.
2.
Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS di dirikan aleh
Mohammad Sjafei (lahir di Matan, Kalbar tahun 1895) pada tanggal 31 Oktober
1926 di Kayu Tanam (Sumatra Barat).
Kajian tentang berbagai aliran
dan/gerakan pendidikan itu akan memberikan pengetahuan dan wawasan historis
kepada tenaga kependidikan. Hal itu sangat penting, agar pendidik dapat
memahami, dan pada gilirannya kelak dapat memberi kontribusi terhadap dinamika
pendidikan itu. Dan yang tak kalah pentingnya adalah bahwa dengan pengetahuan
dan wawasan historis tersebut, setiap tenaga kependidikan diharapkan memiliki
bekal yang memadai .s
Pertanyaan
1.
Apakah SMK itu termasuk gerakan baru pendidikan sekolah
kerja?
2.
Apa pengaruh pengalaman dan lingkungan dalam pembentukan
bakat dan kemampuan seorang anak?